Tentang Kami

   Arsip Tulisan
    Rencana Reuni Lebaran
Thursday, August 30, 2007
DASAR PEMIKIRAN
Hal yang sangat menentukan dalam menciptakan masyarakat yang mandiri dan masyarakat yang sejahtera adalah peningkatan sumbe daya manusia. Lembaga pendidikan atau sejenisnya adalah faktor penentu dalam mensoal peningkatan sumber daya manusia, baik pada tingkatan generasi muda maupun pada tingkatan masyarakat pada umumnya. Sehingga dalam mendesign kemandirian dan kesejateraan masyarakat dalam konteks kabupaten Luwu Utara adalah sebuah keharusan untuk mengedepankan pendidikan. Sebuah andaian pembangunan daerah berbasis pendidikan, Karena keharusan dari fakta global adalah persaingan, baik pada tingkatan sumber daya manusia, maupun akses informasi. Tidak ada kata kecuali, memulai saat ini dengan hal-hal yang terkecil guna mewujudkan kemandirian dan kesejateraan masyarakat berbasis pendidikan
Al-Falah sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam mempunyai potensi besar dalam peningkatan kemandirian dan kesejateraan masyarakat melalui sistem pendidikannya dengan mencetak generasi-generasi muda yang tangguh dan bertaqwa (global thinking lokal acting). Selain telah meluluskan kader-kader yang berani bersaing, Al-Falah juga telah membuktikan diri dengan mendistribusikan kader-kadernya di perguruan-perguruan tinggi selevel nasional, mencetak para santri-santri yang telah mengabdi ke masyarakat, mencetak para pelaku-pelaku ekonomi mikro dan lain sebagainya.
Hal yang kemudian sangat urgen ke depannya adalah pola distribusi kader-kader Al-Falah yang dalam hal ini tentu membutuhkan jalinan komunikasi antar kader-kader Al falah yang masif dan strategis.
Untuk itu Reuni Kader/ alumni tentu menjadi hal yang sangat penting guna membangun komunikasi antar kader Al-Falah baik pada tingkatan lembaga Al-Falah sendiri, Pengajar, masyarakat sekitar maupun kader-kader secara personal
TUJUAN
Menjalin komunikasi antar kader Al-Falah, Dewan guru, dan masyarakat sekitar.
Adanya komunikasi yang strategis anyara kader Al-Falah dengan Al-Falah sebagai lembaga pendidikan.
Mendesign pola distribusi kader.

SEKILAS TENTANG ORGANISASI

  1. Al-Falah Connection adalah sebuah organisasi jaringan para alumni Al Falah yang berdomisili di berbagai daerah.
  2. Al-Falah melakukan kerja-kerja jaringan dalam rangka untuk penguatan Al falah sebagai kelembagaan dan kerja-kerja sosial dalam rangka untuk meningkatkan akses dan informasi di/untuk Al-Falah.
  3. Al-Falah Connection juga melakukan penguatan-penguatan kapasitasi personil dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat pengembangan akademik, pengembangan skill organisasi dan pengembangan skill profesi baik secara langsung (pelatihan-pelatihan, seminar, diskusi) maupun tidak langsung (pengadaan webblog).
  4. Al-Falah Connection sampai saat ini telah membentuk perwakilan-perwakilan di beberapa daerah (Palopo, Makassar, Surabaya, Malang-Jawa Timur, Tulungagung-Jawa Timur, Kediri-Jawa Timur, Nganjuk-Jawa Timur, Madiun-Jawa Timur, Yogyakarta, dan Bandung-Jawa Barat).
  5. Al-Falah Connection mempunyai anggota dari berbagai macam disiplin ilmu.
  6. Al-Falah Connection Beralamatkan di http://www.alfalahconnection.blogspot.com/ dan email : alfalahsmallville@yahoo.com
PELAKSANA DAN PELAKSANAAN
Agenda ini dilaksanakan oleh Al-Falah Connection yang dalam teknisnya dibentuk sebuah kepanitiaan
Agenda ini akan dilaksanakan pada :
Hari/tgl : Minggu, 22 Oktober 2007
Pukul : 09.00-16.00 WIB
Tempat : Halaman Parkir Ponpes Al Falah Lemahabang, Patoloan Bone-bone Kabupaten Luwu Utara.
Tema : Al-Falah Dalam Kebersamaan
SASARAN PESERTA
Acara ini akan di hadiri oleh :
  1. Semua Alumni Madrasah Tsanawiyah Al-Falah
  2. Semua Alumni Madrasah Aliyah Al-Falah
  3. Dewan Guru Al-Falah
  4. Tokoh Masyarakat
  5. Masyarakat Sekitar
FORMAT ACARA
Acara temu Alumni ini akan di bagai menjadi beberapa sesi
  1. Forum Temu Alumni
  2. Pameran Pendidikan

PENDANAAN DAN ANGGARAN BIAYA
Seluruh rangkaian acara ini memerlukan dana sekitar Rp. 10.000.000 (Sepuluh Juta Rupiah)
Biaya dari agenda ini akan diperoleh dari sumbangan para alumni-alumni Alfalah, Instansi Pemerintah Daerah, Sumbangan-sumbangan dari individu/lembaga yang halal dan tidak mengikat.
PENUTUP
Kami merasa sangat terhormat atas dukungan dari semua pihak, baik moril maupun materiil, langsung maupun tidak langsung, demi kelangsungan agenda ini. Semua ini kita niatkan benar-benar demi kemajuan pendidikan Luwu Utara pada umumnya.

KEPANITIAAN
Penanggung jawab :
  1. Mahrus Habibi
  2. Rahmat Hidayat
  3. Yunan Nawawi
  4. Ikhwan Hadi
  5. Abdul Musthofa
  6. M. Zainal Abidin

Organizing Commite

  1. Ketua : Ramlah
  2. Wakil Ketua : Mat Baharuddin
  3. Sekretaris : Dalam Konfirmasi
  4. Bendahara : Atik Nawangsari

Seksi

  1. Acara : Dalam Konfirmasi
  2. Dekdok : Dalam Konfirmasi
  3. Keskretariatan : Dalam Konfirmasi
  4. Konsumsi : Dalam Konfirmasi
Baca Selengkapnya...
Posted by Al-Falah Connection @ 7:56 AM   0 comments
    Pojo'E Al-Falah
Sunday, August 19, 2007
By: DoelThofa

Bismillahirrahmanirrahim
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan kita semua kesehatan sehingga kita dapat menikmati suatu kenikmatan yang tak ternilai harganya. Semoga kita tak lupa bersyukur kepada Nya.. Alhamdulillah….3 x.
Belakangan ini sekolah kita banyak mengalami permasalahan yang amat berat, semoga saja ini suatu ujian bukan suatu azab dari Allah. Amien… 3 x. sekarang ini sekolah kita kurang sekali suatu pembaharuan yang dapat membawa al-Falah menjadi yang terbaik, seperti harapan kita semua.
Selanjutnya untuk membuat yang terbaik untuk Al-Falah tercinta. kita butuh bibit-bibit unggul, yang dapat membuat perubahan sehingga semua harapan yang kita inginkan tercapai.
Kita dilahirkan dari bahan terpilih. Kita terbentuk setelah terjadi pembuahan suatu ovum oleh satu sperma tangguh, yang telah menyisihkan berjuta-juta sperma lainnya. Dan, Alhammdulillah… kita pemenangnya. Mari kita syukuri kemenangan itu……….. Banyak generasi al-Falah di luar sana yang mempunyai bibit-bibit unggul seperti (Alumni al-Falah) K’ Kroez, K’ Abied, K’ Rahmat, K’ Mizan, N’ K’ Ruri, serta KK’ yang lainnya, yang kini merencanakan suatu untuk ke depannya al-Falah sehingga mendapatkan pembaharuan yang berbeda dari yang lainnya. Sehingga al-Falah dapat seperti yang kita harapkan. Semoga semua yang direncanakan oleh generasi “Al-Falah Conecction” dapat terwujudkan.. amien 3 x. kami di sini hanya dapat membantu dengan doa untuk kalian semua (K’ Kroez, K’ Mizan, K’ Kartolo dan lain-lainnya).
Apa yang harus dibuat?

Suatu kelebihan dan kekurangan telah diberikan oleh Allah kepada kita semua… hanya kita yang dapat menjadikan semuanya itu menjadi baik.
Suatu Warisan yang mahal dan tak ternilai harganya yaitu kemampuan untuk berbuat apa pun yang baik. Apa yang bisa dilakukan orang lain, kita harus lebih bisa melakukannya, sehingga kita dapat berbuat lebih banyak yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa terutama bagi Agama kita. Amien.
Jika ingin berbuat yang lebih baik. Alangkah baiknya diawali semua itu pada diri kita sendiri. Coba lah itu semua pada diri sendiri… sehingga mencapai suatu keberhasilan… meskipun itu keberhasilan yang tertunda.


Generasi sekarang, banyak yang takut akan kegagalan dalam hidupnya tapi, dia belum bisa mengambil dari suatu kegagalan tersebut.
Salah satu cara untuk tidak membuat kegagalan di masa sekarang dan masa yang akan datang adalah jangan membuat keputusan sama sekali. Tetapi apalah artinya hidup jika tidak berani membuat keputusan, seharusnya kita slalu mengambil keputusan yang bijaksana….
Jadi jangan takut dengan kegagalan. Maka belajarlah engkau dari kegagalan sehingga engkau dapat sesuatu yang bermanfaat dari kegagalan tersebut.
Dalam membangun keSUKSESan kita harus mengenal diri kita sendiri?
Mengenal Diri Kita Sendiri
Di dalam tubuh ini ada akal, jasad, dan qolbu. Akal membuat orang bisa bertindak lebih efektif dan efisien dalam melakukan apa yang ia inginkan. Sedangkan tubuh bertugas melakukan apa yang diperintahkan oleh akal. Sebagai contoh, apabila akal menginginkan tubuh mampu berkelahi, maka tubuh akan berlatih agar menjadi kuat. Sayangnya, tidak sedikit orang yang cerdas, orang yang begitu gagah perkasa, tapi tidak menjadi mulia, bahkan sebagian diantaranya membuat kehinaan karena berbuat jahat. Mengapa? Sebab ada satu yang membimbing akal dan tubuh yang belum diefektifkan, itulah qolbu.
Kita ambil contoh lain, sebuah mikrofon bisa menjadi alat provokasi kejahatan, bisa juga jadi alat dakwah dan menyampaikan ilmu, sebuah mikrofon bisa juga menjadi alat bantu berbicara sehingga menjadi fasih, itulah fungsi mikrofon. Artinya, yang menentukan isi dari bahasa yang keluar darinya adalah qolbu. Dalam hal ini Rasulullah SAW menyebutkan bahwa di dalam tubuh ini ada segumpal daging yang jika ia baik maka baik pula yang lainnya, sebaliknya yang apabila ia jelek maka jeleklah semuanya. Dan yang dimaksud daging itu ialah Qolbu.
Jadi, yang terpenting dari manusia ternyata bukan kecerdasannya saja, tapi yang membimbing cerdasnya otak menjadi benar, yang membimbing kuatnya fisik menjadi benar. Disitulah fungsi qolbu. Oleh karenanya, menjadi cerdas belum tentu mulia, kecuali kecerdasannya dipakai untuk berbuat kebenaran. Menjadi kuat belum tentu mulia, kecuali kekuatannya di jalan yang benar.
Dengan diri ini, kita wajib berpikir dan melakukan suatu tindakan yang benar, sehingga kita dituntut terus untuk Berpikir, berpikir, dan berpikir baru berbicara. Mendengar, mendengar dan mendengar, baru mengajukan pertanyaan yang bermanfaat, kemudian kita mengerjakan dan merealisasikannya ke dalam kehidupan.


Kita Butuh Generasi yang Lebih…….
Mana Mass……… Ayo………Semanga’-semanga’


Mental Baja
Untuk merealisasikan semua itu kita butuh mental. Tanpa suatu mental dalam diri, kita tak dapat berbuat sesuatu yang bermanfaat dengan tanpa hasil yang maksimal. Dengan menanamkan dalam diri kita sebuah mental yang kuat, kita dapat bertahan dan meraih semua creativitas yang akan membawa kita ke dunia yang lebih baik. Maka, Teruslah pertahankan mental positif. Jangan setengah-setengah. Didiklah mental itu setinggi-tingginya dan teruslah ke depan yaitu tujuan kita, yang penting bukan tujuan yang nggak jelas… ingat kita selalu berbuat yang bermanfaat jika ingin produktif. ….
Giat & Tekun

Banyak generasi sekarang ini, perjalanan hidupnya selalu dibayangi dengan sesuatu yang tak jarang orang punya, yaitu kemalasan. Sifat ini semua orang punya, tapi banyak yang memakai sifat ini sebagai kebutuhan sehari-hari, bukan untuk dihindari tapi malah di pakai tiap hari… sehingga membuat kita jauh dari sukses. ..
Jarak antara kita dan sukses harus dipupuk dengan jembatan pengembangan, yaitu pembentangan kekuatan yang ada pada diri kita. Jembatan jangan di rusak secara sengaja oleh kemalasan, keminderan, dan ketakutan untuk menyebaranginya. Sekarang kita buang jauh-jauh itu semua. Mulai dari diri sendiri, kita jadikan diri ini orang yang giat dan tekun, serta jangan lupa berdoa kepada Nya.
Apabila kita yakin terhadap kemampuan diri yang tak sombong, dan terus bertahan pada kehidupan produktif hingga sukses. Kalau boleh, kita diilustrasikan memiliki mobil mewah, tetapi malas menyetirnya. Lalu, menunggu orang lain membantu mengemudikan inilah yang sering terjadi pada kebanyakan orang yang tak sukses (Karena hidup menunggu pemberian orang, akibatnya hidup kurang kreatif) Nah…sekarang kita ngomognya udah sukses … bila suatu generasi dari kampung yang udah mencapai kesuksesan di negara lain yaitu selain tanah kelahirannya, ia selalu terbawa oleh suatu sifat kemewahan sehingga ia lupakan awalnya (sombong)
Seringkali, Kita merasa iri dengan kesuksesan orang lain. Padahal, hal pertama yang harus kita tanyakan “Sudah produktifkah waktu kita pergunakan?” Jika belum, sekaranglah saatnya.
PENUTUP
Buatlah semua itu menjadi yang terbaik bagi kita semua… dan janganlah engkau berhenti sampai di sini saja. Dan bertahanlah engkau dengan suatu kepercayaan diri akan mampu menyingkirkan kesukaran masalah, serta hambatan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, banyak juga orang tidak mampu mencapainya. Kita harus yakin bahwa kita bisa sukses.
Sebagai akhir suatu perjalanan janganlah lupa engkau bersyukur kepada Nya… alhamdulillah.. karena ridha dan rahmat Nya kita dapat menjadi suatu generasi yang sukses…
SUCCESS FOR AL-FALAH CONNECTION
Alhamdulillah Ya.. Allah
Amien……..amien..amien.


Dunia berharap………..
Ada berapa banyak orang seperti mereka. ……
Dan dunia menunggu yang seperti mereka……………
Baca Selengkapnya...
Posted by Al-Falah Connection @ 6:20 AM   0 comments
    Pengaruh Puasa dan Aksesorinya terhadap Masyarakat Madani
Di dalam setiap ibadah yang diperintahkan oleh Allah terhadap muslim terdapat sekurang-kurangnya dua hal pokok, yaitu hal-hal yang primer atau wajib dan yang bersifat sekunder atau sunat. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa setiap ibadah mempunyai aspek wajib dan aspek sunat.
Sesuatu yang disebut wajib harus dikerjakan, tidak boleh ditinggalkan. Diberi pahala (ganjaran) bagi yang mengerjakannya dan diberi hukuman (siksaan) bagi yang meninggalkannya. Tetapi sesuatu yang disebut sunnat adalah sesuatu yang boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan, tetapi bagi yang mengerjakannya diberi pahala dan yang meninggalkannya tidak dapat hukuman apa-apa. Yang sunat sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Yang wajib merupakan hal yang pokok, sedangkan yang sunat merupakan hal cabang. Yang wajib adalah unsur utama dan pertama, sedangkan yang sunat adalah unsur pelengkap dan kedua.Puasa Ramadhan dalam pandangan agama kita merupakan sesuatu yang wajib. Karena itu, seorang muslim yang berpuasa diberi ganjaran pahala oleh Allah, sedangkan yang meninggalkannya akan mendapat dosa dan akan siksaan Allah swt. Di dalam puasa terdapat banyak unsur pelengkap yang dinamakan aksesoris puasa, yaitu hal-hal yang sangat dianjurkan dan disunatkan untuk dilakukan seiring dengan pelaksanaan puasa Ramadhan..

PUASA DAN AKSESORISNYA
Puasa itu bagaikan sebuah rumah atau sebuah mobil. Sebuah rumah mesti memliki unsur utama dan unsur pelengkap. Unsur utama rumah adalah semua bahagian-bahagian yang penting dari rumah itu. Rumah harus memiliki fondasi, tiang, memiliki tembok, memiliki atap, memiliki pintu, memiliki jendela, dan lain-lain. Dapat dibayangkan kalau sebuah rumah tidak memiliki salah satu atau semua bahagian itu. Jika bahagian-bahagian yang penting itu tidak ada pada rumah itu, maka boleh dikatakan bahwa itu bukanlah rumah. Unsur pelengkap rumah adalah perabot-perabotnya, atau apa yang sekarang disebut aksesori. Unsur pelengkap rumah bagi setiap orang bisa berbeda-beda. Ada orang yang memliki rumah yang perabot-perabotnya lengkap, ada orang yang perabot-perabotnya kurang, dan bahkan ada orang yang perabot-perabot rumahnya sangat minim. Di antara perabot-perabot rumah itu ialah kursi dan meja tamu, tempat tidur, lemari, meja tulis, AC, kulkas, dll. Dapat dibayangkan kalau Anda tinggal di sebuah rumah yang tidak ada perabot-perabotnya.
Puasa juga dapat diibaratkan sebagai sebuah mobil, yang harus memiliki unsur utama dan unsur pelengkap. Jika sebuah mobil tidak memiliki salah satu atau semua unsur utama itu maka mobil tidak mungkin dijalankan. Unsur utama mobil itu, misalnya, mesin dengan segala komponennya, roda, felek, bensin, oli, dll. Unsur utama ialah unsur yang harus ada dan dimliki oleh sebuh mobil, tanpa itu mobil tersebut tidak mungkin dapat dijalankan. Unsur pelengkap mobil itu adalah aksesori-aksesorinya, seperti radio, tape, AC, lifebelt, dsbnya. Mobil dapat berjalan kalau sudah memenuhi unsur utama. Tanpa unsur pelengkap, sebuah mobil dapat berjalan, tetapi jalannya tidak dalam kondisi nyaman dan menyenangkan. Dapat dibayangkan kalau kita menaiki sebual yang tidak ber-AC, mislanya, kita pasti akan kepanasan.
Demikianlah pula puasa itu, di samping harus memiliki unsur-unsur utama, juga harus dilengkapi dengan unsur-unsur pelengkap (aksesori-aksesorinya). Puasa yang tidak dilengkapi dengan aksesori-aksesori itu akan menjadi kering, hanpa, tidak segar, tidak nyaman, tidak menyenangkan, dan tidak menyegarkan. Sebaliknya, puasa yang dilengkapi dengan aksesori-aksesori itu pasti menyenangkan, segar, nyaman, menyegarkan, dsb.
Ada sekian banyak aksesori puasa yang dapat diadakan atau dilakukan oleh seseorang yang berpuasa, di antaranya:
1. Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu aksesori penting puasa Ramadhan. Rasulullah pada masa hidupnya senantiasa mengisi bulan Ramadhan dengan membaca Al-Qur’an. Puasa dan membaca Al-Qur’an mempunyai kaitan yang sangat erat, yaitu bahwa Al-Qur’an mulai diturunkan ke bumi ini oleh Allah pada bulan Ramadhan, yaitu pada malam lailatul qadr. Bacalah Al-Qur’an sebanyak-banyaknya. membaca sekurang-kurangnya mencakup pengertian, membaca ayat-ayat Al-Qur’an, memahami maknanya, dan menghayati kandungannya.
Di dalam hadis-hadis Nabi banyak diungkapkan tentang keutamaan membaca Al-Qur’an, diantaranya yang artinya : “Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, ia mendapat satu kebajikan, dan satu kebajikan itu dilipadkan sama dengan 10 kebajikan. Alif-lam-mim bukanlah sebuah huruf, tetapi huruf-huruf, yaitu alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf”.
Dalam hadis lain disebutkan: “Siapa yang telah membaca Al-Qur’an sampai khatam (selesai 30 juz), maka seratus malaikat mendoakan keselamatan baginya”.
Pahala yang amat besar pula bagi mereka membaca danb mentadaruskan Al-Qur’an, seperti yang tergambar di dalam hadis Nabi yang artinya : “Tidaklah sekelompok orang berkumpul di dalam sebuah rumah untuk membaca Al-Qur’an dan mendiskusikannya di antara mereka, kecuali akan diturunkan oleh Allah kepada mereka sakinah (ketenangan batin, hidup, dan perasaan), akan diliputi ramhat Allah yang maha luas, akan didoakan keselamatannya oleh malaikat, dan akan diingatkan oleh Allah kepada mereka akan kenimatan yang diperolehnya di hari kemudian nanti”.
Di akhirat nanti, menurut hadis Nabi ada dua ibadah penting yang memohon syafaat kepada Allah bagi yang melakukannya, yaitu puasa dan Al-Qur’an. Kata Rasulullah: “Puasa itu nanti akan memohon kepada Allah: Ya Allah, aku telah menghalangi ia untuk makan dan minum dan menghalangi untuk berhubungan dengan suami-isterinya di siang hari. Oleh karena itu, berilah syafaat kepadanya. Al-Qur’an juga mengajukan suatu permohonan” “Ya Allah, aku telah menghalanginya untuk tidur pada malam hari. Oleh karena itu berilah syafaat kepadanya. Allah lalu memberi syafaat kepadanya.”
Membaca Al-Qur’an akan berpengaruh dalam menenangkan diri pembacanya, karena Al-Qur’an mengandung berbagai hal, seperti: 1) berita gembira mengenai balasan kebajikan, 2) peringatan akan adanya siksaan bagi yang melanggar perintah agama, 3) nasihat, 4) obat, 5) petunjuk, dan 6) rahmat bagi umat manusia.
2. Berzikir
Di antara ciri khas bulan Ramadhan adalah memperbanyak zikir. Zikir merupakan aksesoris puasa yang dapat menyempurnakan ibadah itu. Berzikir dan mengingat Allah dalam berbagai kesempatan menjadikan hati seseorang senatiasa berhubungan dan dekat dengan Allah swt.
Banyak ayat Alqur’an yang memerintahkan dan menerangkan manfaat atau kelebihan zikir. Di antaranya ialah surat S. Al-A¥z±b (33): 41: Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah sebanyak-banyaknya”. Di surat S. Al-Jumu‘ah (62): 10 dinyatakan: “Perbanyaklah mengingat Allah, semoga kalian beruntung”.
Di dalam banyak hadis Rasulullah menyebutkan kelebihan zikir itu. Di antaranya:
“Ketahuilah, sukakah kalian kalau aku menyampaikan kepada kalian pekerjaan paling baik dan paling suci di sisi Tuhanmu, yang paling tinggi dalam darajatmu, dan lebih baik bagi kamu daripada menginfakkan emas dan perak. Mereka menjawab, ya Rasulallah. Rasul lalu menjawab: “Itu adalah zikrullah”.
“Orang yang mendapatkan perlindungan Allah di akhirat nanti, di antaranya ialah orang yang menginat Allah dalam keadaan sunyi dan air matanya bercucuran karena takut kepada Allah”.
3. Qiyamul lalil (salat malam)
Qiyamul lalil dalam pengertiannya yang umum ialah bangun di waktu malam untuk melakukan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Dalam pengertiannya yang khusus ialah melakukan shalat malam atau tarawih. Kaum muslimin yang dengan kewajiban menjalankan puasa di siang hari sangat dianjurkan untuk melakukan qiyamul lalil pada malam hari. Allah swt. memerintahkan hamba-Nya untuk melakukan qiyamul lalil, demikian pula Rasulullah sangat menganjurkan untuk melakukan qiyamul lail.
Allah swt. telah menggambarkan di dalam Al-Qur’an Surat S. A©-ª±riy±t (51): 15-18: yang menyatakan: “Sesungguhnya orang-orang bertakwa berada di dalam taman-taman dan di mata-air mata-air. sambilk mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam, mereka emmohon ampun kepada Allah swt.”
Di dalam hadisnya Rasullah menyatakan: “Dua rakaat yang dilakukan di waktu malam lebih baik daripada dunia dan isinya”. Dalam hadis yang lain disebutkan: “Allah menurunkan rahmat kepada seorang laki-laki yang bangun di waktu malam, lalu melakukan salat dan membangunkan isterinya, sebaliknya Allah juga akan melimpahkan rahmat-Nya kepada seorang perempuan yang bangun di waktu malam, lalu shalat malam dan memabngunkan suaminya.”
4.Bersedakah
Bersadakah mengandung pengertian yang luas yang mencakup segala sesuatu yang diberikan kepada orang lain baik dalam bentuk material maupum non-material (jasa). Oleh karena itu, sadaqah dapat berarti zakat mal, zakat fitrah, sadaqah sunat, infaq, atau segala sesuatu yang diberikan kepada orang lain. Memberikan uang atau apa saja yang berbentuk material kepada orang lain termasuk sadaqah, mengajarkan ilmu kepada orang lain adalah sadaqah, dan mengatakan kalimat-kalimat yang baik kepada orang lain juga sadakah.
Bersadakah dalam bulan puasa dilipatgandakan pahalanya oleh Allah swt. Hal ini antara lain dapat dilihat dalam hadis Nabi yang menjelaskan: Seseorang yang memberikan makanan untuk berbuka puasa kepada orang lain mendapatkan dua ganjaran yang amat besar, yaitu pahala dari sadaqahnya itu, dan mendapatkan pahala puasa dari orang yang diberinya makanan untuk berbuka puasa itu tanpa dikurangi sedikitpun oleh Allah swt.”
Di dalam hadis lain Nabi menyatakan: “Sadakah itu memadamkan (menghapuskan) kesalahan sebagaimana air memadamkan api yang sedang menyala”.
5. I’tikaf di Masjid
Salah satu aksesori puasa Ramadhan ialah i’tikaf. I’tikaf pada hari-hari lain sepanjang tahun adalah sunat, sedangkan i’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan adalah sunnat muakkad. I’tikah adalah tinggal di dalam masjid untuk melakukan ibadah dalam keadaan bersuci selama waktu tertentu, dengan tertentu, dan cara tertentu pula.
Tujuan utama i’tikaf adalah mengosongkan hati dari segala persoalan dunia dan mengisinya dengan kesibukan beribadah dan mengingat Allah swt., menyerahkan diri kepada Yang Maha Agung, menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah, menjaga diri dari perbuatan dosa, dan menjaga anggota badan dari perbuatan-perbuatan kotor.
6. Melakukan umrah Ramadhan
Umrah yaitu suatu rangkaian ibadah tertentu dengan niat tertentu dan dengan cara-cara tertentu yang dilakukan di Masjidil Haram, seperti berihram, tawaf, sa’i dan tahallul. Pahala umrah sangat besar yaitu dapat menjadi tebusan menghapuskan segala dosa yang telah dilakukan. Umrah Ramdhan mempunyai pahala yang lebih besar dibandingkan dengan umrah yang dilakukan pada bulan-bulan lain. Umrah yang dilakukan pada bulan Ramadhan pahala dan nilainya sama dengan pahala dan nilai satu kali melakukan ibadah haji. Seseorang yang melakukan ibadah haji dibersihkan oleh Allah swt. dari segala dosanya, sehingga ia kembali dari haji bersih dari dosa, bagaikan seorang bayi yang baru dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci dari segala dosa.
7. Menghidupkan lailatul qadr dengan ibadat
Salah satu ciri khas bulan Ramadhan adalah adanya lailatul qadr di dalamnya. Lailatul qadr tidak terdapat pada bulan-bulan yang lain, ia hanya ada pada bulan Ramadhan. Lailatul qadr (malam kemuliaan) adalah suatu malam yang memiliki nilai yang paling tinggi dari malam-malam yang lain. Malam qadr (lalatul qadri), seperti yang digambarkan oleh Allah swt. di dalam Al-Qur’an, lebih baik dan lebih utama daripada seribu bulan. Yang dimaksud adalah bahwa suatu amal yang dilakukan pada malam itu lebih baik dan lebih utama daripada ibadah yang dilakukan selama seribu bulan.
Tidak seorangpun yang mengetahui kapan atau pada hari apa malam qadar itu terjadi pada setiap bulan Ramadhan. Yang jelas, menurut hadis Nabi, ialah bahwa lalatul qadr itu terjadi pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramdhan, seperti 21, 23, 25, 27, atau 29 Ramadhan.
Menghidupkan lailatul qadr yaitu mengisi malam-malam ganjil itu dengan beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Lailatul qadr yaitu malam di mana seorang muslim menyerahkan diri kepada Allah swt. dengan ikhlas, menghadap kepadanya dengan memohon doa, meminta ampun atas segala dosa, melakukan salat-salat sunat, berzikir dan membaca Al-Qur’an. Rasulullah telah menegaskan di dalam hadisnya yang menyatakan: “Barang siapa yang bangun dan melakukan ibadah pada malam lailatul qadr dengan penuh keikhlasan dan keimanan, maka segala dosanya diampunkan oleh Allah swt.”
8. Menunaikan zakat fitrah
Zakat fitrah artinya zakat jiwa. Selain itu, zakat fitrah jiga disebut zakat puasa, atau zakat Ramadhan, atau shadaqah fithr, yang diwajibkan pada hari Fitri pada bulan Ramadhan setiap tahun. Zakat fitrah merupakan suatu ibadah yang mengiringi pelaksanaan kewajiban puasa. Setiap muslim dikenakan kewajiban mengeluarkan zakat fitrah itu. Zakat fitrah menurut Rasulullah mempunyai kelebihan tersendiri, yaitu menjadi makanan bagi para fakir dan miskin dan membersihkan diri orang yang berpuasa dari perbuatan kotor dan sia-sia.
Ada sekian banyak hikmah zakat fitrah, di antaranya ialah: 1) membersihkan orang yang berpuasa dari perkataan yang kotor dan keji, 2) simbol dan tanda pernyataan syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikannya dalam menyelesaikan puasa Ramdhan, 3) membantu meringankan beban hidup saudara-saudara muslim yang lemah dan tidak mampu, 4) menimbulkan kesadaran dalam diri untuk merasakan seperti apa yang dirasakan oleh mereka yang tidak memiliki, dan 5) menjadi tanda pendekatan diri kepada Allah swt.
9. Melaksanakan salat Id al-Fitri
Salah satu ciri khas bulan Ramadhan dan puasa ialah diakhirinya dengan melaksanakan salat Idul Fitri pada 1 Syawal, hari pertama setelah berakhirnya ibadah puasa Ramadhan. Malam idul Fitri harus dihidupkan dengan memperbanyak takbir sebagai tanda syukur atas keberhasilan menunaikan ibadah puasa dengan penuh keimanan dan keikhlasan, demikian pada pada hari pelaksanaan Idul Fitri.
Idul Fitri dilakukan untuk menyatakan kemenangan yang luar biasa yang telah diperoleh dicapai oleh seluruh kaum muslimin yang telah melakukan ibadah puasa. Itulah sebabnya, maka pada hari ini seluruh kaum kaum muslimin keluar ke masjid-masjid atau ke lapangan-lapangan untuk menunjukkan syiar kemenangan itu dengan mengumandangkan takbir dan tahmid.
PENGARUHNYA TERHADAP PEMBENTUKAN MASYARAKAT MADANI
Puasa Ramadhan dengan segala aksesori yang telah dilakukan oleh setiap muslim dengan penuh keimanan dan keikhlasan itu akan menimbulkan berbagai pengaruh dan dampak yang besar dalam diri dan kehidupan individu, baik dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, hubungan dengan orang lain dan lingkungannya, serta hubungan dengan Allah swt.
Puasa dan aksesorinya menanamkan dalam diri setiap individu sikap-sikap yang sangat terpuji berkat tempaan dan didikan yang dihasilkan oleh ibadah-ibadah yang dilakukan selama berpuasa. Ia akan lebih menyadari dirinya lagi bahwa ia adalah hamba Allah yang harus patuh dan tunduk terhadap segala perintahnya dan ini akan menimbulkan kesadaran yang tinggi tentang eksistensi dirinya. Ibadah yang dilakukannya akan menjadikannya seorang individu yang memiliki sifat-sifat yang terpuji sesuai dengan sifat-sifat terpuji yang dimliki Allah.
Ibadah puasa dan aksesorinya akan menimbulkan dampak dalam diri seseorang untuk menyatakan bahwa dirinya bukanlah satu-satunya, tetapi merupakan bahagian dari masyarakat dan lingkungannya. Ia tidak hidup sendirian, tetapi hidup bersama orang lain. Karena itu, ketika ia berpuasa dan melakukan aksesori puasa, ia menjadi sadar untuk memahami dan ikut merasakan apa yang dialami oleh saudara-saudaranya yang lain. Dar sini muncul kesadaran dan perasaan sosial seseorang, muncul rasa kesetiakawasan sosial yang tinggi dan pada akhirnya menimbulkan kepekaan dan solidaritas yang tinggi.
Ibadah puasa dan aksesorinya itu akan lebih mendekatkan diri seseorang kepada Allah swt. Kepatuhan terhadap segala perintah dan kepatuhan untuk meninggalkan larangan Allah pada hakikatnya merupakan simbol penyerahan diri dan kepatuhan terhadap apa yang diperintahkan. Bertambah tinggi kepatuhan seseorang akan bertambah tinggi derajat kepatuhan dan kedekatannya dengan Allah.
Apabila puasa dan segala aksesorinya telah dilakukan oleh setiap manusia atau setiap muslim dengan baik, dan penuh keikhlasan dan kepatuhan, maka orang itu akan terbentuk dan menjadi muslim yang sejati, yang berada dalam naungan dan rida Allah. Kalau setiap orang atau muslim melakukan hal yang sama maka dari mereka akan muncul dan lahir suatu masyarakat madani yang berada di bawah naungan dan ridha Allah, yang senantiasa patuh dan tunduk kepada segala perintah dan atauran Allah.
Semoga ada manfaatnya bagi kita.
Baca Selengkapnya...
Posted by Al-Falah Connection @ 6:16 AM   2 comments
    Tips Shalat Khusyu'
Shalat shubuhku kali ini ternyata berjalan 1 jam tanpa merasa lelah! Dan sepanjang shalat aku menangis. Saya yakin, yakin sekali, Anda juga akan merasakannya. Seperti juga telah dirasakan banyak orang yang mengikuti petunjuk sederhana ini.
Kemarin saya ke Gramedia untuk mencari buku-buku kata-kata mutiara dan buku Marwah Daud yang berjudul HMMD. Buku-buku kata mutiara sudah didapatkan, buku HMMD nya tidak ada. Sambil melihat-lihat buku best seller, mata saya menangkap judul yang tengah saya cari. Pelatihan Shalat Khusyu’. Buku relatif tipis dengan harga lumayan mahal, 50 ribu. Gambarnya orang sedang sholat di tepi danau, dengan nuansa sampul putih dan biru air. Ada cetakan emas tulisan “Best Seller” di sampulnya. Penulisnya Abu Sangkan, nama yang rasanya pernah dengar, entah dimana. Mungkin karena kata Sangkan Paraning Dumadi (Yang Dianggap -Sumber- Datangnya Kejadian), adalah sebutan bagi Allah dalam masyarakat Jawa. Ternyata nama Abu Sangkan karena dia punya anak dinamai Sangkan paraning Wisesa (sumber datangnya kebijaksanaan -mungkin begitu).
Buku itu saya baca sehabis Isya’ hingga larut malam. Selesai jam 11 malam. kalimat pertama yang mengesankan saya adalah komentar Marwah Daud, yang meyakini bahwa karunia terbesar dalam hidup ini bukanlah kakayaan dan jabatan, tapi adalah diberi karunia shalat yang khusyu’. Dia yakini ini berdasar surat Qur’an Surat Al Mukminun 1-2, “Telah beruntunglah orang-orang mukmin, yaitu mereka yang khusyu’ dalam sholatnya.”

Silahkan baca sendiri isi dan tipsnya, tulisan ini bukan tentang itu, tapi tentang pengalaman saya ketika shalat subuh tadi pagi.
Setiap Ramadhan saya merasa ketinggalan kereta. Demikian pula dengan kereta I’tikaf 10 hari terakhir. Lagi-lagi luput, tiba-tiba sudah malam ke 22. Maka saya niatkan untuk tahajud dengan menerapkan metode sederhana sholat khusyu’.
Gagal. Saya bangun dengan malas sehingga sahur selesai saat masuk imsak. Ketika ambil wudlu, ternyata sudah masuk subuh. Akhirnya saya mencoba menerapkannya pada sholat sunnah sebelum saya ke masjid (baru hari ini pingin ke masjid, biasanya malas). Niat saya shalat sunnah di rumah, lalu segera ke masjid.
Gagal juga! Shalat sunnah saya terlalu lama sehingga (sambil masih shalat) terdengar masjid sudah memulai shubuhnya. Ya sudah saya lanjutkan terus sunnah saya. Pelan-pelan. Sambil sangat rileks, seperti tips dalam buku itu. Subhanallah! Shalat sunnah ini begitu enaknya, hingga lama seperti seakan shalat wajib. Shalatnya terganggu ketika ponsel berbunyi karena ada SMS masuk. Bunyi terus-menerus mengingatkan saya bahwa ada message yang belum dibaca. Duh, kesal rasanya hati harus mempercepat shalat hanya untuk mematikan handphone.
Lalu saya mulai shalat shubuh. Dengan sedikit kurang yakin bahwa akan mendapat kenikmatan seperti shalat sunnah tadi. Saya menyantaikan diri. Rileks. Satu prinsip utama dalam kiat buku itu adalah, jangan ‘mencari’ khusyu’, cukup siapkan diri untuk ‘menerima’ khusyu’ itu, karena khusyu’ bukan kita ciptakan tapi ‘diberi langsung’ oleh Allah sebagai hadiah nikmat kita menemuiNya. Tips yang sangat sederhana, tapi ini bagi saya adalah lompatan paradigma!
Maka saya bersikap rileks. Kepala hingga pinggang dikendorkan, jatuh laksana kain basah yang dipegang ujungnya dari atas. Berat badan mengumpul di kaki yang kemudian serasa keluar akarnya, mengakar ke bumi. Berdiri santai, senyaman kita berdiri. Abu Sangkan menggambarkan laksana pohon cemara, meluruh atasnya, kokoh akarnya sehingga luwes tertiup angin namun tak roboh.
Bersikap rileks menyiapkan diri kita untuk siap ‘menerima’ karunia khusyu’, karena khusyu’ itu diberi bukan kita ciptakan.
Lalu saya mulai bertakbir, Allahu Akbar. Dan selanjutnya saya baca dengan pelan-pelan. Karena bacaan shubuh harus diucapkan agak keras, maka saya rendahkan suara saya. Pelan sesuai tips buku itu, rendah suara karena -jujur- saya agak malu kalau suara saya terdengar istri saya yang sedang tiduran. Rasanya seperti baru belajar sholat lagi. Saya berdiri lama, banyak berhenti kalau memang sedang tidak ingin baca. Saya meresapi kesendirian dan berusaha menangkap kehadiran Tuhan yang sesungguhnya amat dekat dengan kita, namun kita tumpul untuk merasakannya. Saya sedang menemuiNya sekarang. Saya, ruh saya tepatnya. Badan fisik ini hanyalah alat yang mengantar ruh ini berjumpa kembali dengan yang dicintainya, ialah Allah yang meniupkan ruh ini dahulu ke dalam badan fisik.
Break sebentar. Pernah sholat di belakang imam yang ‘ngebut’ sholatnya? Saya pernah, dan jujur saya kesal. Baru mau selesai Al Fatihah, eh dia sudah ruku’. Saya mau ruku’ eh dia sudah berdiri I’tidal. Dan seterusnya. Saya kesal karena irama kecepatan sholat kami berbeda. Dia - menurut saya- terlalu cepat.
Ternyata demikian halnya dengan sholat kita sendiri. Ketika kita sholat, selain badan fisik kita ini sholat pula ruh kita. Ruh inilah yang benar-benar ingin sholat -kembali menemui Tuhannya- sementara badan fisik ini sarana kita mengantarnya dengan gerakan dan bacaan. Ruh kita ini sesungguhnya ingin sholat dengan tenang, santai, tuma’ninah. Sayangnya badan kita ‘ngebut’, jadilah ruh kita itu jengkel sejengkel-jengkelnya karena selalu ketinggalan gerakan badan. Maka tips sederhana dari buku itu adalah jika ruku’, tunggu, tunggu hingga ruh ikut mantap dalam ruku’ itu. Saat I’tidal, tunggu, tunggu hingga ruh mu ikut mantap I’tidal. Demikian pula saat sujud, duduk antara dua sujud, juga duduk tasyahud. Tunggu, tunggu hingg ruh mu ikut sujud, ikut duduk, ikut tasyahud.
Berikan kesempatan ruh kita -sebut saja “aku” yang sejati- untuk mengambil sikap sholatnya. Dia agak lamban, namun sholat ini utamanya untuk ‘aku” kita itu, bukan untuk badan fisik kita.
Maka saya shalat dengan sangat pelan. Santai. kalau sedang malas baca, saya diam saja. menikmati kepasrahan saya hadir menemui Tuhan. Saya baca bacaan sholat dengan pelan. Saya mencoba berdialog, dan itulah memang esensi sholat.
Esensi sholat adalah doa, berdialog dengan Allah secara langsung.
Kita sebenarnya diberi kesempatan untuk mengadu. Kita adukan semua persoalan kita kepada Allah. Kita adukan semua kebingungan kita, pekerjaan, rizki, kesehatan, cinta, dan semua apapun. Kita mengadu, dan kita pasrah menunggu dijawab. Dan pasti Allah menjawabnya langsung. Ruh bisa merasakannya, namun kalau dia dipaksa tertinggal-tinggal oleh gerakan badan, maka dia tidak sempat menikmati pertemuan dengan Allah itu.
Saat ruku’ saya ruku’ lama, sambil menarik regang kaki dan punggung saya. Nikmati saja seperti menikmati peregangan bila senam. Saat sujud, saya tumpukan kepala sebagai tumpuan utama. Nikmat rasanya ‘terpijat’ dahi ini oleh gerak sujud. Saat ruh telah ikut sujud, saya baca dengan penghayatan, “Subhana robbiyal a’laa wa bi hamdih” (Maha Suci Engkau yang Maha Tinggi dan Maha Terpuji). Rasanya nikmat sekali sujud lama.
Lalu, lalu saya duduk setelah sujud. Saya baca sepotong-sepotong bacaannya, sesuai tips buku itu. Robbighfirlii (Ya Tuhan ampunilah aku). Lalu saya diam. Tiba-tiba keluar sendiri air mata, saya menangis karena menyadari betapa dalam makna kalimat pengaduan ini. Kita minta secara langsung untuk dimaafkan . Ruh kita meminta secara langsung, dan Allah menjawabnya. Saya menangis. Ruh saya, kita yang sejati, menangis. War hamnii (dan sayangilah aku), air mata itupun tumpah. Wajburnii. Diam. War fa’nii. Diam. Saya tak terlalu yakin arti yang saya baca. Tapi saya makin menangis. Warzuqnii (beri rizki padaku -Ya Allah), air mata saya tumpah, betul-betul saya tiba-tiba sadar bahwa selama ini saya mengejar-ngejar rizki tapi tidak serius mengakui itu dariNya, lalu saat ini saya sedang memintanya langsung! Wahdinii (tunjukilah aku -karena aku sedang bingung dan tak tahu). Diam, saya menangis. Wa’aafinii (dan sehatkan aku -aku yang sedang sakit pilek). Wa’fuannii (dan maafkan aku- yang banyak dosa ini). Saya duduk lama sekali. Sambil mengusap air mata yang bercucuran.
Shalat shubuh dua rakaat ini panjang. Ditutup dengan tasyahud yang menggetarkan. Apalagi ketika membaca “Assalaamu’alainaa wa ‘alaa ibaadillahisshoolihiin” (keselamatan mohon dikaruniakan kepada kami -para ruh yang sedang menemuiMu- dan atas ruh-ruh ahli-ahli ibadah yang sholih). Saya menangis terus-menerus, sehingga berulang kali mengusap lendir yang keluar dari hidung.
Setelah shalat, sesuai dengan tips buku itu, saya mulai berdoa dengan meratap. Saya ucapkan hanya, “Ya Allah… Ya Allah… Ya Allah…”, sambil mengangkat tangan setinggi wajah seperti seorang pengemis yang meminta-minta. Berkali-kali, hingga hati saya siap berdoa. Saya ingat buku Al Ghazali dulu saya baca, sekitar 15 tahun lalu, yang berjudul Rahasia Shalat. Salah satu poin yang saya ingat adalah, kalau kita ingin dekat Allah maka kita harus sungguh-sungguh memanggilnya laksana seorang anak kecil yang ketakutan karena ada ular atau bahya, lalu memanggil-manggil ayahnya, “Ayah… Ayah… Ayah…”, maka ayahnya pasti datang dengan seruan itu dan melindungi anak tersebut. Demikianlah kalau kita ingin bebas dari maksiat, kata Al Ghazali, maka kita harus panggil dengan betul-betul ketakutan akan maksiat tersebut, kita panggil pelindung kita dengan sungguh-sungguh seakan anak kecil memanggil-manggil ayahnya, maka akan dilindungi kita dari maksiat tersebut.
Lalu saya berdoa, dengan masih terus menangis. Saya merasa mengadu dan masih mengadu di depan Tuhan secara langsung. Saya mengikhlaskan apapun jawaban dari doa saya tersebut.
Saya bahagia bisa merasakan sholat seperti itu. Tidak akan tergantikan dengan uang dan kemewahan dunia lainnya.
Sungguh pengalaman yang menakjubkan. Cerita berhalaman-halaman tidak akan mampu melukiskan hal itu. Silahkan coba sendiri, rasakan sendiri, menagislah mengadu kepada Allah sendiri. Saya cuman mau berbagi cerita, dengan kekahwatiran saya kehilangan rasa yang sama di sholat berikutnya (insya Allah mudah-mudahan tidak akan hilang).
Problem yang sekarang muncul, tampaknya akan sulit lagi saya menikmati sholat kilat, di belakang imam yang irama sholatnya lebih cepat dari saya. Apakah saya perlu sholat sendiri dulu beberapa waktu ini?
Buku itu berjudul Pelatihan Shalat Khusyu’ : Shalat sebagai meditasi tertinggi dalam Islam. Abu Sangkan, Penerbit Baitul Ihsan (masjidnya Bank Indonesia), cetakan kelima Mei 2005 (cetakan pertamanya Agustus 2004). Websitenya : www.dzikrullah.com
Baca Selengkapnya...
Posted by Al-Falah Connection @ 6:13 AM   0 comments
    Refleksi 17 Agustus
Friday, August 17, 2007
Merdeka!!! Merdeka!!!
Dirgahayu RI ke 62. Semoga Kita benar-benar menjadi warga yang merdeka!
Dengan Kemerdekaan ini, Al-Falah Connection juga melakukan perubahan. Salah satunya dengan tampilan site yang baru. Semoga hal ini bisa menambah semangat untuk saling Keep in Touch.
Baca Selengkapnya...
Posted by Al-Falah Connection @ 10:48 AM   1 comments
   WebBlog Anggota
~ Rahmat Hidayat
~ Makhrus Habibi
~ M. Zainal Abidin
~ Ramlah [New]
   Info Selanjutnya

Kirim e-mail kepada kami di :
alfalahsmallville@yahoo.com


Silakan hubungi :
Makhrus (085259534505) atau
Ramlah (085255750150)


Blog baru Kami ada di Sini

   Powered by

Free Blogger Templates

BLOGGER

Untuk mendapatkan tampilan terbaik, gunakan Resolusi Layar 1024 x 768
© Al-Falah Connection HomePage. 2007-2008. Maintenance by Abidin (Alumni MA 2003)
All Right Reserved. Template by Isnaini Dot Com