Tentang Kami

   Arsip Tulisan
   
Thursday, October 4, 2007
Seluruh Crew Al-Falah Connection mengucapkan :

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1428 H
Minal Aidin wal Faidzin
Mohon Maaf Lahir dan Bathin
Baca Selengkapnya...
Posted by Al-Falah Connection @ 7:10 AM   0 comments
    Filsafat dan Pemikiran Modern
Alat Barat Hegemoni Dunia Ketiga dan Bangsa Indonesia

Oleh : Makhrus Habibi

1800-1840
Frucrbach menulis buku Das Wessen des Christentum (1841), berisi filsafat materialisme yang menempatkan manusia sebagia bagian dari benda. Ia diprotes gereja karena memutarbalikkan tafsir Bibel pada Genesis 1:26 menjadi manusia mencipta Allah menurut citranya.
Thomas Stanford Raffles menulis buku The History of Java berdasar sumber-2 historiografi.
Sasradiningrat, Patih Su-rakarta terbitkan buku undang-2 bagi pejabat berjudul Angger Sadasa (1817), Danurejo, Patih Yogya, terbitkan buku hukum berjudul Angger Arubiru (1822), Pakubu-wana VII keluarkan kitab KUHP berjudul Nawala Pradata Dalem (1831).

1840-1850
August Comte menulis buku berjudul Cours de Philosophie Positive, berisi konsep pemikiran yang membagi jaman perkembangan manusia menjadi tiga tahap:
1. Tahap Teologis,
2. Tahap Metafisis,
3. Tahap Positif.
Gagasan Comte ini menjadi dasar bagi filsafat positivisme. Di Hindia Belanda WR. van Hoevell menulis De Emancipate der Slaven in Nederlandsch Indie (1848), yang membela nasib bangsa Indonesia dibawah sistem perbudakan dan monopoli Belan-da. Buku-2 berisi ajaran fil safat moral yang ditulis Pakubuwana IV berjudul Wulang Reh, Mangku negara IV berjudul Serat Wedhatama, dan kitab-2 pengajaran moral yang di tulis antara abad 16 hingga 17 dijadikan bahasan kalangan intelektual Belan- da.


1850-1860
Buku Charles Darwin berjudul On The Origin of The Species (1859) yang memuat teori evolusi diterbitkan. Lalu 1862-1896 terbit 10 jilid buku Herbert Spencer berjudul A System of Synthetic Philosophy (1862-1896). Disini lahir pemikiran positif yang sekuler-materialistik yang menolak semua fenomena agama dan sesuatu yang bersifat metafisik.
Douwes Dekker menulis Max Havelaar (1860) yang meng-ecam sistem penjajahan Belanda di Indonesia.
FW. Junghuhn dalam tulisan filosofis berjudul Lichten Schaduw beelden uit de Binnenlanden van Java (1867), yang mengungkap keunggulan nilai-2 luhur petani Jawa dibanding agama bangsa kulit putih. Ranggawarsita menulis ajaran filsafat moral dan metafisika dalam sejumlah buku: Serat Wirid Hi dayat Jati, Paramasastra, Serat Pustaka-raja, Suluk Suksma Lelana, Serat Kalathida, dsb.

1860-1890
Karl Marx dan Engel menerbitkan buku Das Kapital (1867), yang intinya tak berbeda dengan pemikiran Darwin dan Spencer. Dasawarsa itu berbagai konsep pemikiran bersifat rasional, sekuler, materialistik, positivistik marak di Eropa. Sekolah-2 untuk anak-2 Belanda seperti ELS, MULO, HBS, OSVIA dibentuk. Sejumlah anak pejabat bumi putra dengan sistem kolusi bisa sekolah. Ada yang dikirim ke Eropa. Konsep-2 pemikiran Eropa mempengaruhi pemikiran anak-2 Belanda dan anak-2 elit pribumi Muncul elit priyayi didikan sekolah Eropa seperti: Cipto Mangunkusumo, Muhammad Musa, Wahidin Sudirohusodo, Condrone-goro, Joyodiningrat, Tirto Adisuryo, Soetomo, Suwardi Suryaningrat, Cokroaminoto, dsb.


1890-1920
Konsep nation-state dimunculkan Ernest Renan. Di Eropa muncul nation-state seperti Perancis dan Jerman.
Wilhelmina, Ratu Belanda, mem berlakukan politik etis untuk Indonesia. Memberikan kesempatan kepada anak-2 pribumi untuk men-dapat didikan Eropa yang modern yaitu rasional, sekuler, materia-listik, dan positivistik.
Revolusi Soviet pecah 1917. Tsar dan keluarga dibantai. Kaum komunis dibawah W.I Lenin bangkit dan menye-barkan Marxisme ke dunia. Sekolah-2 untuk anak-2 pejabat bumi putera seperti HIS, AMS, STOVIA, MOSVIA dibentuk. Untuk anak-2 orang biasa disediakan Tweede School selama tiga tahun dengan pelajaran membaca, menulis, berhitung. Epistemologi Ilmu didominasi oleh aliran positivistik yang memandang kebenaran melalui fakta-2 yang ada dan didukung oleh hukum-2 yang mengaturnya. Dalam perkembangannya, positi-vistik berkembang menjadi dua aliran besar: struktural fungsional dan struktural konflik yang saling bertentangan. Gagasan organisasi mo- dern dan konsep nation state mulai dikenal di Indonesia. Organisasi ke daerahan bersifat nasionalis dan sosialis mulai muncul seperti: Sarekat Priyayi (1905), Budi Utomo (1908), SDI (1909), SI (1911), Muhammadiyah (1912), ISDV (1914) . Lewat ISDV, Sneevlit menyebarkan paham sosialis- demokrasi kepada pribumi. Paham sosialis komunis mulai di kenal pribumi di tengah maraknya paham kapitalis.

1920-1930
Selama dekade ini, paradigma posi tivistik menciptakan tradisi analitik-empirik dalam keilmuan. Prinsip verifikasi (uji kebenaran) dan
tautologis (mengungkap fakta dengan metode matematika dan logika) dipandang superior dibanding kebe naran agama dan metafisik. Inilah yang disebut natural science. Berseberangan dengan paradigma positivis, muncul eksistensialisme yang dibangun Husserl dan dikembangkan Heidegger, Sarte, Nietzsche, dsb. Paradigma positivistik masuk ke Indonesia melalui lembaga-2 sekolah formal dan imperialisasi budaya lewat media massa.
Bas Veth dalam Het Leven in Nederlandsch Indie (1900) dan MH Szekely-Lulofs dalam roman berjudul Rubber (1931), meng-gambarkan pribumi Indonesia sebagai keturunan kera. Positivisme tampaknya mulai menjadi mainstream bernalar orang-2 Belanda dan Indo-Belanda di Indonesia. Kalangan intelektual pri bumi terlibat konflik baik bidang politik maupun sastra antara kubu kalangan modern dan tradisional. Kalangan intelek muslim pun mulai bangkit mengecam tradisi-2 yang dianut kalangan tradisional.
Mereaksi perkembangan paradigma positivistik di lingkungan umat Islam, lahir organisasi kaum tradisional yang dinamai NU (1926) yang memiliki paradigma metafisis.

1930-1950
Paradigma positivistik makin me mapankan diri, terutama setelah bom atom dijatuhkan di Jepang sebagai bukti kehebatan produk materi dan iptek. Di AS mulai diformalkan positivistik dengan paradigma strukturalisme fungsional. Pendekatan ini, membentuk sistem dunia yang melahirkan teori dependensi (ketergantungan). Pemerintah militer Jepang menduduki Indonesia dan mendidik kader-2 muda di bidang kemiliteran. 1943 dibentuk PETA, 1944 dibentuk Hizbullah. Sejumlah Kyai dan tokoh pemuda berpendidikan madrasah dan pesantren, diangkat menjadi komandan batalyon dan komandan kompi. Tahun 1948, di bawah PM Moh. Hatta, diterap-kan peraturan bahwa aparat negara wajib memiliki latar belakang pendidikan sekolah yang dibuktikan dengan ijazah. Tokoh-2 berlatar madrasah dan pesantren muncul sebagai pemimpin nasional baik dipentas politik maupun militer pada tingkat lokal maupun nasional. Tetapi akibat kebijakan Moh. Hatta, mereka yang tidak punya ijazah sekolah tersingkir. Dan untuk seterusnya, syarat utama menjadi abdi negara adalah wajib memiliki latar pendidikan sekolah formal.

1950-1960
Terjadi perang dingin antara blok AS yang menganut paradigma struktural fungsional dengan blok Uni Soviet yang menganut struktural konflik. Soekarno menolak terlibat dalam perang dingin. Sebaliknya, membangun wacana sendiri menggalang negara-2 non-blok dan NEFO (New Emerging Force). Tindakan Soekarno ini membuat AS dan Soviet marah. Kedua adikuasa itu merasa terganggu manuver-2 politiknya. Soekarno menyatukan
kelompok Islam tradisional (NU), nasionalis (PNI) dan komunis (PKI) dalam satu barisan –NASAKOM- Sebaliknya membubarkan partai kaum strukturalis (PSI/Masyumi) yang bekerja sama dengan AS dalam pemberontakan PRRI /Permesta

1960-1980
AS terlibat langsung dalam perang Vietnam. Legitimate knowledge dari pendekatan struktural mulai dikritik keras:
1. Implementasi iptek mengaburkan hubungan antara kemajuan (progress) dengan kesinambungan (endless),
2. Struk-tur pengetahuan hanya didominasi ilmu alam dengan kemajuan (progress) sebagai ukuran utama,
3. Perbedaan substansial mencip- takan hierarki pengetahuan menjadi sektorisasi dan restruk- turisasi disiplin akademik yang dikotomis. Soekarno jatuh akibat peristiwa G-30-S/PKI. Di bawah rezim Orba-nya Soeharto, teori developmentalisme Rostow yang strukturalis fungsional digunakan sebagai dasar pembangunan, digabungkan dengan konsep Repelita-nya Lenin. Imperialisme budaya AS melalui USIA (United State Informa-tion Agency) mendominasi pemikiran rakyat Indonesia lewat sekolah-2 formal, media massa cetak elektronik. Lembaga-2 pendidikan formal dimaksudkan hanya sebagai pencetak tenaga-2 buruh murah dan efisien. Ekonomi kerakyatan yang tumbuh dalam bentuk koperasi-2 terpinggirkan oleh masuknya modal asing. Tradisi berpikir bebas dan sekaligus menyampaikan pendapat dari kalangan mahasiswa, diberangus dengan NKK/BKK dan Sistem SKS dalam belajar.
Tafsir monosentris menjadi bagian integral dari pengetahuan yang di-kembangkan di sekolah-2 formal sehingga nyaris tidak satupun sarjana Indonesia memiliki wacana independen. Semua ber-kiblat ke Barat.

1980-1990
Proses produksi dunia meningkat cepat. Arus barang, jasa, modal, tenaga kerja melintasi batas-2 negara dan terdistribusi ke Eropa dan Asia khususnya Jepang.
Terjadi liberalisasi dalam tata perdagangan global.
Konsep struktural konflik yang diterapkan di negara-2 komunis mengalami kegagalan ditandai am-bruknya Uni Soviet dan runtuhnya tembok Berlin. Konsep globalisasi mulai didengungkan, dimana empire dunia tidak lagi terbagi antara rulling country dengan colony, melainkan bersifat global tanpa batas kedaulatan. Nation-state telah berakhir. Dunia berada dalam cengkraman Empire Global ! Sistem pendidikan formal yang menganut pendekatan Schooling System banyak dikritik karena tidak mampu melahirkan lulusan berkualitas. PTN dan PTS hanya bisa menjadi legitimator pemberi ijazah formal. Di tengah krisis ekonomi dunia, modernisasi di negara-2 dunia ketiga gagal.
Dengan alasan globalisasi, sekolah-2 internasional akan tumbuh di Indonesia. Persaingan di dunia pendidikan berlangsung secara ketat. Di dalam proses survival of the fittest, akan banyak sekolah lokal yang akan gulung tikar, kalah bersaing dengan seko lah-2 unggul yang berorientasi bisnis. Fenomena pengangguran dari para alumnus sekolah makin besar dari tahun ke tahun. Urbanisasi makin meningkat. Intelektualitas merosot. Kepercayaan tak berda-sar pada superioritas pengetahuan Barat makin kuat mencekam akibat kuatnya konsep sekolah dan hegemoni budaya lewat media massa cetak dan elektronik yang ber-kembang. Penduduk Indo nesia banyak memiliki gelar formal master, doktor dan professor, tetapi hanya berkedudukan sebagai koordinat ilmuwan Barat. Nyaris tidak satu pun ilmuwan-2 Indonesia menghasilkan karya monumental dan menjadi kiblat dalam ilmu penge-tahuan.

1990-2005
Perusahaan transnasional berkembang pesat. Industrialisasi modern yang dibangun pemilik kapital dunia tumbuh di negara-2 pinggiran. Empire yang berkuasa adalah “pasar global” dengan ideologi neo-liberalisme. Akumulasi modal milik ‘pasar global’ tersebar di seluruh dunia melalui investasi langsung dan porto folio. Melalui politik isu tunggal, demokratisasi dan civil society keberadaan negara mulai digugat. Melalui kalangan kampus, LSM-2, ‘pasar global’ memanfaatkan superioritas ideologi Barat merepro-duksi konstruksi ideologi Demokrasi, Good Governance, Civil Society, HAM, Gender, Privatisasi… Ditengah ketidakmampuan sistem pendidikan formal melahirkan lulusan berkualitas, dibuka sekolah-2 asing berkualitas internasional yang mahal tak terjangkau kalangan bawah. Sekolah-2 itu bakal menggilas sekolah-2 lokal. Konsep nation-state benar-2 punah, baik sebagai realita maupun sebagai gagasan ideal. Lulusan-2 yang lahir adalah koloborator-2 ‘pasar global’ yang sangat patuh kepada tuannya. Bangsa ini adalah the heart of darkness yang dijajah kekuasaan neo liberalisme dengan kewajiban utama mensuplai bahan mentah kepada ‘pasar global’ dan kemudian menengadahkan tangan meminta sedekah belas kasihan dalam bentuk grant dan JPS… Ketundukkan kepada superrioritas Barat makin kuat. Kemampuan sub-sistem Indonesia sebagai negara pinggiran (peri phery) makin lemah menjadi ketergantungan pada negara inti (core). Seluruh asset di negara-2 pinggiran akan diambil-alih oleh ‘pasar global’ lewat pemanfaatan peran negara dalam regulasi financial. Bahkan seluruh tanah dan mata air di negara-2 pinggiran akan dimiliki ‘pasar global’ untuk pengembangan bisnis. Di tengah keterpurukan itulah, penduduk negara-2 ping-giran hanya bisa bangga dengan gelar-2 formal sebagai simbol superioritas Ba-rat, meski hakekatnya tuna makna, sebab penyandangnya hanya orang-2 bermental kacung, jongos, pelayan, budak bangsa asing.

2005-2015
Negara-2 G 8 yang berkuasa atas pasar global bertemu dan merancang strategi baru untuk menguasai dunia dengan tatanan baru yang lebih memperkuat kedudukan mereka. Skenario baru pasca komunisme mulai digelar. Jika selama era perang dingin komunisme dijadikan “setan dunia”, maka dengan teori Huntington “Islam” digiring menjadi “Setan Dunia” lewat aksi terorisme, kekerasan, kekisruhan, radikalisme, dsb. Aksi-aksi kekerasan dan radikalisme Islam makin lama makin marak dan Sistematis. Kaki tangan empire dengan berkedok Islam akan membuat kisruh dunia sampai muncul antipati warga dunia terhadap ajaran Islam sebagaimana antipati ter-hadap komunisme di masa lampau…
Wallahu’alam ………
Catatan :
Diolah dari berbagai sumber
Baca Selengkapnya...
Posted by Al-Falah Connection @ 6:54 AM   1 comments
   
Baca Selengkapnya...
Posted by Al-Falah Connection @ 6:41 AM   0 comments
   WebBlog Anggota
~ Rahmat Hidayat
~ Makhrus Habibi
~ M. Zainal Abidin
~ Ramlah [New]
   Info Selanjutnya

Kirim e-mail kepada kami di :
alfalahsmallville@yahoo.com


Silakan hubungi :
Makhrus (085259534505) atau
Ramlah (085255750150)


Blog baru Kami ada di Sini

   Powered by

Free Blogger Templates

BLOGGER

Untuk mendapatkan tampilan terbaik, gunakan Resolusi Layar 1024 x 768
© Al-Falah Connection HomePage. 2007-2008. Maintenance by Abidin (Alumni MA 2003)
All Right Reserved. Template by Isnaini Dot Com